Rumah Belajar Desa “ Berpikir Eksploratif, Bertindak Kolaboratif ”.
Masalah pendidikan dasar di Indonesia biasanya diukur dari persentase anak yang sudah bisa membaca dan belum bisa membaca, padahal masalahnya tidak sesederhana membagi dalam dua kelompok buta huruf dan tidak buta huruf, khususnya di daerah-daerah terluar, tertinggal dan terdepan (3T) yang jauh dari akses pada sumber-sumber bacaan. Apa yang dibaca oleh anak-anak yang sudah bisa membaca itu? Jika mereka juga tidak memiliki bahan bacaan maka apa bedanya dengan yang belum bisa membaca?
Namun selalu ada yang menyalakan lilin-lilin kecil ditengah kegelapan, kami mengamati di berbagai daerah lahir banyak sekali komunitas taman atau ruang baca, yang secara organik tumbuh bersama para relawan yang memiliki kepedulian terhadap mereka generasi masa depan yang masih muda belia saat ini, mereka para relawan bergotong royong mengajar anak-anak, bermain bersama mereka hingga menyediakan buku-buku seadanya, menggelar gerakan bersama untuk membangun taman atau ruang baca di kampung-kampung, di desa-desa.
Upaya para Relawan ini sudah seharusnya didukung oleh berbagai pihak khususnya pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pembangunan sumber daya manusia, meningkatkan kualitas anak-anak muda generasi penerus, generasi masa depan Indonesia. Seperti biasa kami ingin sekali berkontribusi, kami mencoba mengusulkan pemikiran, konsep dan desain “Rumah Belajar” yang diharapkan dapat dibangun di kampung-kampung adat, di desa-desa khususnya mereka yang memiliki taman baca yang telah aktif minimal 2 tahun. Pembangunan “Rumah Belajar” sebagai komitmen bersama para stakeholder/pemangku kepentingan akan memastikan berjalannya ekosistem literasi sebagai pondasi yang kokoh membangun Sumber Daya Manusia Bangsa Indonesia.