oleh Pingkan Kaffani
Perjalanan ke Sumba kali ini berawal dari bencana siklon tropis Seroja yang menerpa Nusa Tenun Tercinta (baca: NTT) bulan April 2021 lalu. Teman-teman pencinta kriya berinisiatif untuk menggalang donasi berupa Selimut Kasih yang dibuat dari perca secara handmade. Charity ini diupayakan bersama dengan jejaring Indonesia Creative Cities Network (ICCN), SumbaMedia HUB, Sambung Asa, Minara Handmade, Pesona Perca Nusantara, Komunitas Boneka Handmade lndonesia, dan para crafter Indonesia. Terkumpul sejumlah 112 Selimut Kasih 80 Boneka Handmade 376 Masker Anak dari berbagai kota di Nusantara diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Binjai.
Sumba adalah pulau sabana berpenduduk 800 ribu jiwa dengan curah hujan sekali dalam setahun, dan merupakan salah satu daerah termiskin di negara kita. Meskipun begitu, Humba, demikian tanah ini biasa disebut, memiliki banyak kekayaan dalam bentuk keunikan budaya dan keindahan alam. Seperti keindahan Pantai Walakiri dengan pasir putih dan pohon-pohon bakau yang memukau, serta bentangan padang savana tempat kuda-kuda Sandelwood berkembang biak di alam terbuka. Tak lupa bukit Wairinding, yang tampak hijau kemilau saat musim penghujan, kering kecoklatan saat musim kering dengan pesona memukau saat matahari terbenam.
Saya berkesempatan mengabadikan beberapa budaya Sumba yang unik dan sangat menarik. Tenun Sumba yang bukan hanya mempesona dengan teknik ikatnya, namun juga oleh kreasi ketrampilan tangan para penenun dalam menambahkan hiasan manik dari kulit kerang dan hiasan sulam tangan. Arsitektur rumah adat yang sarat filosofi. Saya mencatat bahwa rumah adat setempat dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni tingkat dasar merupakan rumah bagi ternak, tingkat kedua ialah ruang beraktivitas manusia, sementara tingkat teratas adalah lumbung pangan keluarga, yang terletak pada bagi atap rumah yang menjulang tinggi.
Pemberdayaan Masyarakat
Menjadi perhatian saya, bahwa generasi muda Sumba menempuh pendidikan tinggi di luar pulau, lalu kembali ke tanah leluhurnya, berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sana. Kegiatan donasi untuk Nusa Tenun Tercinta, disandingkan dengan program Humba Academy oleh SumbaMedia HUB, sebagai laboratorium kreatif bagi generasi Sumba untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mewujudkan, menerjemahkan sumberdaya lokal menjadi karya dan produk usaha. Humba Academy 1.0 kali ini, yang berfokus pada lokakarya boneka wastra menghadirkan Diah Saraswati dari Minara Handmade.
Hari pertama lokakarya diadakan di Rumah Baca Marada Ratu, Kampung Praimarada, Sumba Tengah, dimulai sedari pukul tiga sore hingga malam menjelang. Para Mama nampak bersemangat belajar keterampilan baru yang memanfaatkan perca kain limbah penjahit yang diperoleh dari sekitar kampung adat ini. Di samping itu anak-anak terlihat senang saat menerima boneka dan masker anak yang kami bagikan.
Hari selanjutnya lokakarya diadakan di Rumah Tenun Atma Pahudu, Kampung Praikamaru, Sumba Timur. Kampung ini merupakan salah satu kampung yang terdampak cukup parah oleh siklon tropis Seroja . Pembangunan bantuan pemerintah bagi penduduk yang kehilangan rumah saat bencana Seroja di lakukan di belakang rumah tenun Atma Pahudu. Salah satu kenangan yang mengesankan ialah saat kami disambut dengan sajian sirih pinang sebagai wujud penghormatan dan kehangatan tuan rumah kepada para tamu, juga kala berfoto bersama para Mama dalam balutan kain tenun asli Sumba yang tak ternilai harganya.
Ada begitu banyak kenangan akan Tana Humba yang sangat kaya budaya mulai dari kain tenun, arsitektur, ukiran, anyaman, budaya batu besar (megalitik), hingga beberapa tempat kuliner lokal yang kami singgahi di sekitar Kota Waingapu, Sumba Timur. Termasuk kesempatan bertemu dengan Mama Adriana yang bermukim di Kampung Raja Prailiu. Saat ini sehari-hari beliau menjual kain-kain Sumba dan cinderamata hasil kreatifitasnya, lebih dari itu beliau telah memberikan wawasan mewarnai dan menenun kain kepada para peneliti kain Sumba, termasuk peneliti dari negeri 'Uncle Sam', Amerika Serikat.
Dari dapur Humba saya dapatkan sebuah resep makanan pembuka favorit, Daun Ubi Tumbuk:
• tumbuk/ blender kasar daun singkong dan sedikit beras
• tambahkan bumbu halus, bawang merah dan bawang putih, cabai bila suka
• rebus dengan air merendam seluruh bahan
• setelah matang dan lunak tambahkan santan, garam dan merica sesuai selera, penyedap bila suka.
Sabtu, 20 November 2021 dini hari kami bersiap terbang kembali ke Bali. Saya bersyukur dapat menjadi bagian dari perjalanan yang sarat makna dan kebersamaan ini.
***
Pingkan Kaffani, kini menetap di Bandung. Turut menginisiasi Pesona Perca Nusantara sebagai wadah berkumpul, berbagi, dan belajar bersama bagi pencinta kriya jarum dan benang. Mengelola Boneka-dolls (1978) dengan memproduksi boneka dari kain, serta mengelola PERCA-quilts (1980) memproduksi kriya 'patchwork-quilting'.
Terima Kasih Bu Pingkan 🙏