Mari kita mulai mendata dan merekayasa dampak creative space yang kita cita-citakan bersama, setelah SBT (Sumba Break Time) beraktivitas, maka pengembangannya akan sampai ke desa-desa (tentu yang Kadesnya kreatif, punya pemikiran eksploratif dan suka kerja-kerja kolaboratif juga), itu alasan mengapa program ini didukung KEMENDESA PDTT.
Salah satu rumah mandiri di desa bisa kita dorong menjadi rumah pintar desa, yang tujuannya mendorong ekosistem literasi di desa yang programnya akan didukung dari manajemen library+ di SBT, kita optimis soal ini karena melihat semangat dan kualitas gerakan dari taman/rumah baca seperti Maradaratu, Peka Oli, Wali Ati, Naka Education dan mungkin masih banyak lagi.
Kemendesa juga ada program Dapur Desa yang tentunya sangat bisa diadaptasi untuk kebutuhan lokal di Ngora Lenang misalnya (supaya orang tidak hanya datang foto dan buang sampah disitu) bumdes bisa diaktivasi memanfaatkan program dapur desa dari Kemendesa ini.
Soal kreativitas kita sudah lihat bersama bagaimana Sanggar Osa menggerakan musik hingga fesyen di Bumi Gogali. Kita juga punya gerakan inisiatif crowdfunding untuk gerakan sosial yang adik-adik penggeraknya punya kredibilitas yang dipercaya hingga pada tingkat nasional/lintas daerah. Sambung Asa ini kedepan bisa berkolaborasi dengan platform crowdfunding besar/nasional seperti kitabisa.com atau benihbaik.com yang didirikan oleh jurnalis senior Andy Noya. Hadirnya fasilitas SBT tentu bertugas membantu Sambung Asa menjadi platform crowdfunding profesional dan terpercaya dengan memaksimalkan pemanfaatan teknologi.
Urusan sampah, kita juga sudah lihat anak-anak muda kita yang dengan ‘kegilaannya’ berinisiatif bergerak langsung di mata air (sumber kehidupan di kampung-kampung adat kita), tugas SBT nanti adalah mengenalkan mereka pada platform seperti rapel.id misalnya, sehingga mereka bisa sampai pada tahap minimal, minimal Bank Sampah skala desa yang mampu dikelola dengan profesional pula.
Melihat berbagai potensi diatas, kita optimis sekarang ini kabupaten miskin, tetapi 2030-2045 kita Kabupaten bercahaya, yang cahayanya dinyalakan oleh anak-anak muda generasi emas gogali ini, apalagi pondasi pangan dan pertanian kita dibangun dengan sangat serius saat ini, menghadirkan sekaligus menarik perhatian penuh dari DPD RI, DPR RI, Menteri hingga Presiden.
Sesuai dengan namanya Sumba Break Time dirancang tidak hanya berdampak pada ekosisitem kreatif di kota Waibakul, melainkan memberi dampak lebih luas, dampak harus mempu menjangkau masyarakat pulau Sumba khususnya generasi muda Sumba. Beberapa program telah disiapkan, telah dibuat pilot projectnya bahkan sudah berjalan dengan baik diantaranya adalah podcast GEN'S (Generasi Sumba) pada program podcasts 'Suara Sabana'; https://www.sumba.tv/podcasts, juga ada program E-Talk 'Suara Sabana'; https://www.sumba.tv/e-talk.
Sejak 2017 mendirikan platform SumbaMedia HUB dengan produk perdana www.sumba.tv, bersama kami membangun beberapa program acara reguler yang menjadi ruang belajar sekaligus ruang praktek bagi kami menjalankan program dokumentasi dan publikasi tentang alam, budaya, tradisi dan perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia dan tentu kami menjadikan Sumba sebagai lokomotif program. Saat ini selain mengembangkan program acara reguler kami juga sedang mencoba membuat film dokumeter, film pendek (fiksi) bertajuk film kampung dan serial/series potensial yang dirancang untuk diditribusikan pada platform film digital sehingga karya yang dihasilkan memiliki daya jangkau yang lebih luas sekaligus meningkatkan kualitas karya dan yang terpenting adalah mengajak lebih banyak orang untuk terlibat, berkarya dan berkolaborasi.
BERSAMBUNG